Tampilkan postingan dengan label mix. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label mix. Tampilkan semua postingan

Selasa, 19 Januari 2010

goib


PUSAKA DARI ALAM GAIB

Waktu menunjukan menjelang jam12 tengah malam saat aku tiba ditempat tujuanku. Udara terasa sangat dingin, walaupun kerah baju kurapatkan tetap terasa mengigit sampai ketulang-tulang. Berdasarkan petunjuk yang kuterima, malam itu aku harus berada di Pancuran Tujuh Sukabumi tepat jam 12 tengah malam, untuk menerima benda pusaka dari alam gaib.

      Situasi Pancuran Tujuh Sukabumi telah berubah jauh dibandingkan 20 tahun yang lalu., saat ini telah menjadi kebun penduduk, pohon-pohon tumbuh setinggi kepala dimana-mana.

MALAM MENJELANG TURUNNYA PUSAKA

      Malam itu terasa sangat menyeramkan, sinar dari bintang2 dilangit tidak cukup terang untuk bisa melihat dengan jelas, Aku duduk bersila dengan takzimnya diantara pepohonan, rimbun daun yang bergerak tertiup angin terlihat seakan memunculkan bayangan mahluk menyeramkan dipenglihatanku. Ku-baca ayat perlindungan untuk melindungiku dari mahluk jahat maupun binatang buas, ular, kalajengking, dll. Samar-samar kulihat adikku sedang mengambil tempat sekitar 10 meter didepanku, dan disebelah kananku, Yanto sedang berusaha untuk duduk, tapi posisinya tidak memungkinkan untuk duduk karena rapatnya pepohonan.

      Waktu bergerak terus mendekati jam 12 tengah malam tepat.

      Tiba2 suara-suara jangkrik dan seruing mendadak berhenti, dan bulu kudukku merinding bangun, tercium bau yang harum tapi aneh, kucoba untuk konsentrasi membuka penglihatan gaibku, pasti pusaka gaib itu sudah datang. Terlihat sinar terang melesat datang dari arah timur dan kemudian berputar-putar diatas kepalaku, kubuka mataku dan melihat keatas, ternyata pusaka yang kutunggu telah datang dan sedang melayang diatas kepalaku, berbentuk kepala tombak.

TOMBAK ITU BERPUTAR-PUTAR DAN KEMUDIAN MENGHUJAM DADAKU

      Setelah berputar-putar selama beberapa saat, tombak pendek itu kemudian melayang turun dan mendadak menghujam kearahku. Hatiku tercekat, rasanya aku ingin berteriak dan meloncat menghindar tapi tak kuasa bergerak karena tombak menukik tajam kearahku secepat kilat, Aku pasrah kepada Allah SWT apapun yang akan terjadi...…

      Tombak kulihat menembus diriku dan menghujam ketanah dibelakangku……

      Dengan berdebar-debar, kuraba dadaku yang tertembus tombak, ternyata tidak ada darah mengucur, dan tidak ada rasa sakit tertembus tombak.

      Menurut perasaanku, tombak menghujam tanah tepat dibelakangku sejarak satu jengkal, kuraba kebelakang untuk memastikan keberadaan tombak, kuraba sekali, tidak ada benda apapun, dua kali, tidak ada apa-apa hanya tanah, rumput, pada yang ketiga kalinya, tanganku menyentuh benda yang ternyata adalah tombak itu.

      Sebetulnya aku tidak perlu kaget karena saat tombak menukik dan menghujam kearah diriku tombak tersebut masih dialam peralihan, dari alam gaib kealam nyata, sehingga tidak akan mungkin melukaiku (masih belum mewujud nyata). Tombak baru mewujud beberapa saat kemudian.

      Kuambil tombak yang ternyata telah mewujud itu dan kulihat sangat indahnya.

      Saat sedang mengagumi keindahan tombak, tiba-tiba terdengar suara krontang yang keras di belakangku, suara benda jatuh di-aspal 100 meter dari tempatku bersila, sebelumnya, terlihat ada sinar melesat keluar dari tubuh Yanto, keluar dari kepalanya melayang menuju kearah timur dan ternyata mewujud jadi pedang panjang bermata dua yang aneh, dan jatuh diaspal dekat mobil diparkir. Kami semua dengan cepat berlari kearah jatuhnya pedang, karena bilamana tidak segera disentuh, pedang akan masuk kembali kealam gaib.

TOMBAK BERPAMOR WAYANG KULIT YANG INDAH

      Lampu mobil dinyalakan dan tombak yang kudapat kuteliti. Tombak berpamor khusus dengan gambar wayang kulit dipamornya membuat ku geleng-geleng kepala karena indahnya dan karena seakan-akan baru saja keluar dari tungku pembuatan. Kulihat Yanto juga sedang meneliti pedang yang didapatnya dan mengagumi bentuknya yang gagah, dimana panjangnya lebih kurang Semeter lebih.

      Lho mana Budi ? Dapat enggak yaa dia ? Demikian hati kecilku bertanya.

      Setelah menyimpan tombakku, maka aku segera menuju ketempat Budi tadi kulihat bersila, ternyata Budi sedang berusaha mencari Kujang-nya (Keris Pasundan), yang menghujam masuk ke rimbunan semak-semak 3 meter didepannya. Setelah satu jam lebih tidak ketemu juga akhirnya kami memutuskan untuk mencarinya besok pagi saja saat terang tanah dan pulang ketempat kami bermalam di Sukabumi…….

PANORAMA PEGUNUNGAN DI PAGI HARI TERNYATA SANGAT INDAH

      Pagi-pagi sekali setelah sarapan pagi ala kadarnya, maka kami pergi lagi ke Pancuran Tujuh, dan suasananya telah berubah total pada saat terang.

      Rimbunan pepohonan hijau terlihat indah sekali dengan latar belakang puncak Gunung Gede kebiruan, diarea terlihat tanaman jagung, cabai, dan pohon bunga-bunga yang indah menghampar berwarna warni. Sejenak kami mengagumi keindahan ciptaan Allah SWT.

      Puas menikmati keindahan alam, kamipun teringat akan benda pusaka yang belum ditemukan, setelah mencari-cari bersama beberapa saat, kujang pusaka langsung ditemukan menghujam dikerimbunan pohon tomat.

      Kamipun kembali ketempat bermalam untuk meneliti pusaka-pusaka yang kami dapat, sambil mengagumi keindahannya, dan membayangkan cara membuatnya yang sangat rumit. Kupanjatkan do'a syukur kehadirat Allah SWT atas pemberian-Nya yang menakjubkan.

sumber:http://www.nursyifa.hypermart.net/kisah_gaib/pusaka_dari_alamgaib.html 

gaib

H-KISAH GAIB TAPI NYATA



YANG GENTAYANGAN DI POHON SENGON ITU
TERNYATA KETURUNAN JAUH LELUHURKU
Pohon Sengon itu tumbuh dihalaman rumah tetanggaku sangat besar dan rimbun, tingginya mencapai lebih dari 15 meter, bila didekati sangat menyeramkan karena akarnya bertonjolan dan kulitnya retak-retak tak karuan, umurnya sudah sangat tua, terlihat dari batang bawahnya yang dibeberapa tempat telah keropos.
            Meskipun sangat teduh, akan tetapi tak ada anak-anak yang berani bermain-main dibawahnya karena menurut orang-orang tua mereka sangat angker. Telah banyak anak-anak yang langsung sakit panas badannya atau malah kesurupan sehabis bermain dibawahnya.
            Pemilik rumah tentu saja sangat prihatin dan mencoba untuk menebang pohon itu, beberapa tukang tebang pohon didatangkan, ternyata mereka menyatakan tidak berani, yang berani dan mencoba menebang terpental terguling-guling dan kemudian sakit keras. Sehingga akhirnya pemilik rumah pasrah dengan keadaan pohonnya itu.

            Salah seorang putra pemilik rumah yang sering datang kerumahku untuk latihan meditasi dan olah bathin mengeluh bahwa sering kali kopi digelas yang belum sempat diminumnya ternyata berkurang tinggal sedikit, ia mengira bahwa mungkin anaknya yang meminumnya. Akan tetapi anak-anaknya menolak mengaku meminum kopi bapaknya itu. Sehingga ia dan isterinya sangat bingung dengan hal ini. Siapakah yang telah sering meminum kopiku ini ? ...........
            Pelajaran Meditasi dan olah bathin kemudian mencapai ketingkat meneropong kealam gaib, dimulai dengan meneropong keadaan rumah dan sekitarnya. Terkejut putra tetanggaku ini melihat seorang tua yang tampak angker sedang berjuntai di pohon Sengon dan menatap kearahnya. Bajunya yang berwarna hitam tak terkancing memperlihatkan dadanya yang bidang, celana bawahannya memakai sarung bergaris warna biru tua.........

PENUNGGU POHON SENGON YANG ANGKER
            Membathin ia dalam hati : " Inikah mungkin penunggu pohon Sengon yang terkenal angker itu ? ", wajahnya terlihat berkerut-kerut karena tuanya dan tampak menyeramkan.
            Akan tetapi terlihat mahluk itu tersenyum kepadanya, dan turun mendekat kemudian berkata : " Jangan takut, aku kan selama ini tidak pernah menggangu keluargamu ", kemudian terjadi dialog dengan mahluk itu dan mengaku bernama Kong Alim(*) dari Tanah Abang, dulunya ia tuan tanah yang disegani di daerah Karet Tanah Abang, telah meninggal beberapa puluh tahun yang lalu menjadi arwah penasaran dan tersesat hingga gentayangan di pohon Sengon ini.
(*) Di Betawi Engkong adalah membahasakan kakek atau orang sangat tua.

            Dialog itu meningkat hangat, dan karena pertanyaanku mengenai mengapa ia tersesat hingga gentayangan, membuatnya terpekur dan terlihat sangat menyesali perbuatannya dimasa lalu, terlihat menetes air mata dipipinya yang keriput dan kemudian bercerita : " Dulu aku seorang jagoan yang disegani di Tanah Abang, sering jadi Imam dan khotbah dimasjid-masjid, saat memberikan khotbah semua orang sangat kagum atas pembahasanku mengenai ayat-ayat suci dan tema yang kumunculkan, tapi semua itu bukan jati diriku, aku fasih karena memanggil ilmu para leluhurku (nyurup ilmu), sesungguhnya aku tidak begitu pandai membaca Al-Qur'an dan pengetahuan agamaku hanya sedikit ".

GENTAYANGAN MENYUSURI JAMAN KARENA PERBUATAN PENGECUT
            " Yang membuatku begini adalah perbuatanku yang pengecut dulu, yaitu membunuh orang-orang Belanda dengan cara mencegat dari kolong jembatan dan memancungnya dari belakang, kemudian mengambil hartanya, seharusnya kulakukan dengan jantan berhadapan muka, perbuatanku itu sangat bertentangan dengan ajaran Agamaku ".
            Kembali terlihat penyesalan yang sangat dalam diwajahnya menyemburat disela-sela keriput dan matanya terpejam menahan keluarnya lagi airmata. Sebelum kuakhiri Dialog ini, ia sempat berkata memberi tahuku bahwa rumah disebelah itu adalah keturunan dari keluarga dekatnya..........

            Langsung kejadian ini menjadi pembahasan hangat dan juga ternyata menjawab pertanyaan atas siapa sesungguhnya yang sering kali meminum air kopi digelas setiap hari.......
            Akan tetapi tetanggaku itu dengan ikhlas berkata bahwa ia bersedia membuatkan satu gelas extra kopi untuk Kong Alim setiap pagi. Aku kagum dengan keikhlasannya itu.......
            Beberapa waktu berlalu dan rasa rinduku kepada orang-tuaku timbul dan kuingin menjumpainya, maka bersama  isteri dan anak-anakku, akupun pergi kerumah orang tuaku dengan membawa pertanyaan dikepalaku siapakah Kong Alim itu ?......
 
KONG ALIM DARI TANAH ABANG
            Tentu saja kedua orang tuaku sangat gembira melihat kedatanganku membawa cucu-cucu yang disayanginya itu dan menyambut hangat, terutama kepada sikecil yang lagi lucu-lucunya.
            Setelah rasa rindu terpuaskan maka kemudian kamipun ngobrol-ngobrol santai dan kulontarkan pertanyaan yang sejak semula mengganjal dihatiku : " Ma, apa Mama kenal dengan Kong Alim dari Karet Tanah Abang ? ", terlihat terkejut Ibuku atas pertanyaanku ini yang agak diluar konteks pembicaraan, dan terlihat mengerutkan keningnya mencoba mengingat-ingat.
            Kemudian beliau menjawab pelan : " Mama ingat, Kong Alim itu kan saudara jauh dari kakek Mama dan dulu sangat kaya-raya sebagai tuan tanah di Karet. Sampai sekarang masih banyak keturunannya di Karet sana, ada apa sebetulnya koq kau menanyakannya ".

            Dengan agak ragu-ragu takut Ibuku tidak percaya, kututurkan pengalaman meneropong alam gaib yang kulakukan bersama tetanggaku itu. Terpaku Ibuku mendengar cerita aneh yang kututurkan kepadanya dan kemudian berkata : " Kasihan Kong Alim, siapa yang akan mengira bahwa dia masih saja gentayangan dan belum sempurna kematiannya, semua orang mengira dia sangat alim dan seorang pemuka agama ".
            Kemudian Ibuku menyuruhku bertanya kepadanya bagaimana cara dan persyaratan untuk bisa menyempurnakan kematiannya. Ibuku bersedia untuk menyempurnakan-nya karena merasa masih saudara meski jauh dari kakeknya. Aku menganggukan kepala tanda mengerti, dan akan melakukan permintaannya itu.

BAGAIMANA CARA MENYEMPURNAKAN KEMATIAN
            Pada meditasi dan olah bathin berikutnya kami panggil lagi arwah Kong Alim penunggu Pohon Sengon itu untuk memenuhi permintaan Ibuku......
            Setelah salam dan sedikit basa-basi, langsung kulontarkan pertanyaan kepadanya : " Kong Alim, Ibuku berkenan untuk menyempurnakan kematianmu, bagaimana caranya dan apa saja persyaratannya tolong aku diberi tahu ?", Terpana Kong Alim atas pertanyaanku itu dan berusaha melihat kesungguhan hatiku. 
            Setelah beberapa saat kemudian Kong Alim berkata : " Terima kasih kuucapkan atas perhatian Ibumu terhadapku dan inilah yang terjadi kepadaku setelah kematianku "..........

JIMAT, ISIM, SUSUK, ILMU-ILMU GAIB MENYULITKAN KEMATIAN
            Sebelas hari aku menderita sebelum akhirnya ajal menjemputku, itupun setelah kulepaskan semua jimat, izim dan susuk serta ilmu-ilmu gaib yang bersarang ditubuhku, yang sebelumnya telah mengikat erat-erat rohku tetap berada didunia. Kulihat keluargaku menangisi jasadku yang membujur kaku, kurus kering berpenyakit yang telah kutinggalkan, dan aku berjalan kealam fana menyusuri pahala dan dosa yang kuperbuat.

            Kulihat beberapa orang yang sholeh setelah beberapa saat berjalan mengarungi alam fana, kemudian menyeberang ke alam penantian yang terang gemerlapan diatas sana. Aku berusaha untuk meloncat menyeberang akan tetapi terjatuh, kucoba lagi berkali-kali tetap terjatuh lagi kealam fana hingga akhirnya aku merasa jemu dan pasrah menerima nasib.

ORANG YANG SHOLEH DENGAN MUDAHNYA MENYEBERANG
            Aku sangat iri kepada orang-orang yang sholeh itu karena dengan mudahnya mereka terbang naik kealam penantian. Lain denganku dan orang orang yang mati penasaran lainnya yang sangat sulit dan tidak bisa menyeberang ke alam penantian yang indah dan menyenangkan. Aku dengan yang lainnya terpaksa berkeliaran gentayangan dan malah mengganggu dan menggoda kepada manusia-manusia yang imannya kurang teguh.
            Sehingga akhirnya aku memutuskan untuk tinggal di Pohon Sengon yang besar itu yang menurutku sangat cocok bagiku. Penghuni lama tentu saja marah dan tidak mau begitu saja diusir pergi dan menyerahkan tempatnya kepadaku, akhirnya terjadilah pertarungan yang sengit memperebutkan tempat itu.
            Karena semasa hidupku aku seorang jawara, maka akhirnya bisa juga kukalahkan dan kuusir penunggu sebelumnya dan kuancam agar jangan kembali lagi. Aku kemudian bertahta mendiami Pohon Sengon itu menggantikannya dengan rasa puas.

KUNGANGGU ORANG YANG LEWAT
            Kuganggu orang yang lewat dibawah pohon dengan melemparinya, atau menampakkan wajah menyeramkan dan perbuatan-perbuatan jahil lainnya. Karena roh-roh sepertiku melakukan hal-hal jahat seperti itu kepada manusia untuk menakut-nakuti mereka. Manusia memanggil kami dengan sebutan setan, demit, gandaruwo, kuntilanak, kalong wewe, dan lain-lain sebutan yang menyeramkan, sebetulnya tepatnya, kami adalah arwah-arwah penasaran.
            Banyak juga yang menyembah kami dan minta berkah untuk kekayaan, kekuasaan, ilmu pelet dan lainnya, yang menyebabkan mereka akan menjadi pesuruh kami nantinya bila mereka mati, tanpa mereka menyadarinya, karena memang maksud kami demikian mencari teman sebanyak-banyaknya untuk menemani kami menderita dialam fana/akhirat.

            Mendengar ceritanya yang mulai melantur itu, kupotong dengan menanyakan persyaratan dan bagaimana caranya agar bisa menyeberang ke alam penantian.
            Kong Alim tertegun sejenak dan kemudian berkata : " Aku minta dipotongkan dua ekor kambing jantan untuk ‘Aqiqahku dengan syarat kambing tersebut tanduknya harus panjang melengkung ". Kemudian Kong Alim bercerita alasannya meminta hewan kambing itu....
 
BANYAK ARWAH YANG MENYEBERANG NAIK KAMBING, SAPI, UNTA
            Kulihat banyak roh-roh yang menyeberang dengan menaiki kambing, sapi, unta dan lainnya. Mereka enak saja mengendarai hewan-hewan itu dan terbang kealam penantian. Oleh karenanya kuminta hewan kambing yang tanduknya panjang agar mudah aku berpegangan mengendarainya ke alam sana. Kong Alim kemudian mengakhiri ceritanya.
            " Baiklah Kong akan kusampaikan kepada Ibuku untuk dilaksanakan. Apakah ada pesan-pesan lainnya untuk Ibuku ", aku bertanya kepadanya.
            Setelah berfikir menerawang sejenak, kemudian Kong Alim berkata : " Sampaikan kepada Ibumu, Ilmu untuk melindungi keluarga, rumah dan hartanya sebagai berikut ".

ILMU PAGAR GAIB YANG CANGGIH
             Bila ilmu ini diterapkan, maka kalau ada maling masuk kedalam rumah maka ia akan merasa seakan terjatuh kedalam air dan akan berenang semalaman, hingga pemilik rumah bangun dan menyadarkannya, padahal setelah sadar maling itu ternyata berdiri diatas tanah dihalaman rumah. Atau ia akan berputar-putar didalam rumah mencari pintu, jalan keluar yang tidak ditemukannya sampai hari pagi. Dan juga akan dapat melindungi keluarganya dari mara-bahaya.
            Bacaannya surat al-Ikhlas dan ayat Qursi saja, dibaca sambil fikirannya memutari rumah 7x, atau membayangkan keluarganya yang akan dilindungi. Tentu saja dengan menjalankan ritual persyaratannya yaitu puasa dan tidak menyantap daging hewan pada hari-hari tertentu.

            Kuterima ilmu itu untuk kusampaikan kepada Ibuku dan sekaligus menyampaikan persyaratannya. Ternyata Ibuku tidaklah berkeberatan untuk ‘Aqiqah memotong hewan kambing dua ekor untuk Kong Alim yang mungkin terlupakan, agar bisa menyempurnakan kematiannya, dan berniat minggu depan akan dilaksanakan dirumah peristirahatan yang di Sukabumi.
            Sore hari sebelum Meditasi olah bathin kami lakukan lagi, Ibuku interlokal dari Sukabumi dan menyampaikan bahwa pemotongan hewan ‘Aqiqah sudah dilaksanakan dengan baik, diiringi oleh doa dari para jama'ah dimasjid (Tahlilan) untuk Kong Alim agar bisa tenang dalam kuburnya.

SETELAH MENYEBERANG ARWAH TIDAK BISA DIHUBUNGI
            Malam harinya seperti sebelumnya kamipun mencoba menghubungi arwah Kong Alim melalui Meditasi untuk menyampaikan berita gembira bahwa persyaratannya telah dipenuhi. Berkali-kali dicoba ternyata tak berhasil juga hingga akhirnya kami menyerah dan kemudian memutuskan untuk mengakhiri Meditasi kami.......
            Kami bertanya-tanya dalam hati, apa yang terjadi, mengapa kami tidak bisa menjumpainya, dimana dia saat ini berada, sehingga tidaklah kami bisa menjumpainya. Tiba-tiba tanganku bergerak dengan sendirinya seakan menjawab pertanyaan ku ini, mengambil ballpoint, dan menulis kata-kata " Aku sudah menyeberangi jembatan Sirotol Mustaqim dan tidak bisa dijumpai lagi, terima kasih untuk semuanya dan---------------  ", kemudian terlihat hanya garis panjang tercoret dan ball-point-pun terjatuh dari tangan ku........

ALHAMDULILLAH KONG ALIM TELAH BERHASIL MENYEBERANG
            Malamnya dalam mimpiku arwah Kong Alim menyatakan terima kasihnya kepada kami terutama kepada Ibuku yang telah membantunya bebas dari gentayangan dialam fana dan menyeberang ke alam penantian yang indah dan cemerlang, saat ini beliau sudah tenang dan mendapat tempat yang baik dan bagus disana. Tentu saja esok harinya kutelepon Ibuku dan menyampaikan berita gembira ini semuanya termasuk ucapan terima kasihnya yang sangat tulus.
            Tak kuduga bahwa penunggu Pohon Sengon itu ternyata keluargaku juga yang akhirnya berhasil disempurnakan dan telah tenang dalam kuburnya.

            Kembali kepada pohon Sengon yang  telah keropos hingga  dikuatirkan bila rubuh karena tuanya bisa menjatuhi rumah disebelahnya, setelah kejadian itu dengan mudah pohon dirumah tetanggaku itu bisa ditebang tanpa terjadi hal-hal apapun juga, akhirnya habis rata dengan tanah.........

sumber:http://www.nursyifa.hypermart.net/kisah_gaib/index_kisah_gaib.html 

Pendidikan

Pendidikan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan

Pertanian

Pertanian

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari
Gambaran klasik pertanian di Indonesia
Pertanian adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan. Pemanfaatan sumber daya ini terutama berarti budi daya (bahasa Inggris: cultivation, atau untuk ternak: raising). Namun demikian, pada sejumlah kasus — yang sering dianggap bagian dari pertanian — dapat berarti ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan (bukan agroforestri).
Usaha pertanian memiliki dua ciri penting: (1) selalu melibatkan barang dalam volume besar dan (2) proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponika) telah dapat mengurangkan ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.
Terkait dengan pertanian, usaha tani (farming) adalah sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budi daya (tumbuhan maupun hewan). Petani adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani ikan". Khusus untuk pembudidaya hewan ternak (livestock) disebut sebagai peternak. Ilmuwan serta pihak-pihak lain yang terlibat dalam perbaikan metode pertanian dan aplikasinya juga dianggap terlibat dalam pertanian.
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.

sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian

Minggu, 10 Januari 2010

Penghuni Indonesia Purba

Penghuni Indonesia Purba

Ads Powered by:KumpulBlogger.com
Sebuah artikel yang cukup menggugah nalar dan mengguncang tatanan sejarah bangsa ini. Sayangnya saya tidak menemukan author dari artikel ini. Selamat meresapi dan merenung.
Kembali ke masa prasejarah, penghuni wilayah Nusantara hanya terdiri dari dua golongan yakni Pithecantropus Erectus beserta manusia Indonesia purba lainnya dan keturunan bangsa pendatang di luar Nusantara yang datang dalam beberapa gelombang.
Berdasarkan fosil-fosil yang telah ditemukan di wilayah Indonesia, dapat dipastikan bahwa sejak 2.000.000 (dua juta) tahun yang lalu wilayah ini telah dihuni. Penghuninya adalah manusia-manusia purba dengan kebudayaan batu tua atau mesolithicum seperti Meganthropus Palaeo Javanicus, Pithecanthropus Erectus, Homo Soloensis dan sebagainya. Manusia-manusia purba ini sesungguhnya lebih mirip dengan manusia-manusia yang kini dikenal sebagai penduduk asli Australia.
Dengan demikian, yang berhak mengklaim dirinya sebagai “penduduk asli Indonesia” adalah kaum Negroid, atau Austroloid, yang berkulit hitam. Manusia Indonesia purba membawa kebudayaan batu tua atau palaeolitikum yang masih hidup secara nomaden atau berpindah dengan mata pencaharian berburu binatang dan meramu. Wilayah Nusantara kemudian kedatangan bangsa Melanesoide yang berasal dari teluk Tonkin, tepatnya dari Bacson-Hoabinh. Dari artefak-artefak yang ditemukan di tempat asalnya menunjukan bahwa induk bangsa ini berkulit hitam berbadan kecil dan termasuk type Veddoid-Austrolaid.
Bangsa Melanesoide dengan kebudayaan mesolitikum yang sudah mulai hidup menetap dalam kelompok, sudah mengenal api, meramu dan berburu binatang.Teknologi pertanian juga sudah mereka genggam sekalipun mereka belum dapat menjaga agar satu bidang tanah dapat ditanami berkali-kali. Cara bertani mereka masih dengan sistem perladangan. Dengan demikian, mereka harus berpindah ketika lahan yang lama tidak bisa ditanami lagi atau karena habisnya makanan ternak. Gaya hidup ini dinamakan semi nomaden. Dalam setiap perpindahan manusia beserta kebudayaan yang datang ke Nusantara, selalu dilakukan oleh bangsa yang tingkat peradabannya lebih tinggi dari bangsa yang datang sebelumnya.
Dari semua gelombang pendatang dapat dilihat bahwa mereka adalah bangsa-bangsa yang mulai bahkan telah menetap. Jika kehidupannya mereka masih berpindah, maka perpindahan bukanlah sesuatu hal yang aneh. Namun dalam kehidupan yang telah menetap, pilihan untuk meninggalkan daerah asal bukan tanpa alasan yang kuat. Ketika kehidupan mulai menetap maka yang pertama dan yang paling dibutuhkan adalah tanah sebagai media untuk tetap hidup. Mereka sangat membutuhkan tanah yang luas karena teknologi pertaniannya masih rendah. Mereka belum sanggup menjaga, apalagi meningkatkan, kesuburan tanah. Mereka membutuhkan sistem pertanian yang ekstensif, dan perpindahan untuk penguasaan lahan-lahan baru setiap jangka waktu tertentu. Sebelum didatangi bangsa-bangsa pengembara dari luar, tanah di Nusantara belum menjadi kepemilikan siapapun.
Hal ini berbeda dengan Manusia Indonesia Purba yang tidak memerlukan tanah sebagai modal untuk hidup karena mereka berpindah-pindah. Ketika sampai di satu tempat yang dilakukannya adalah mengumpulkan makanan (food gathering). Biasanya tempat yang dituju adalah lembah-lembah atau wilayah yang terdapat aliran sungai untuk mendapatkan ikan atau kerang (terbukti dengan ditemukannya fosil-fosil manusia purba di wilayah Nusantara di lembah-lembah sungai) walaupun tidak tertutup kemungkinan ada pula yang memilih mencari di pedalaman. Ketika bangsa Melanesoide datang, mereka mulai menetap walaupun semi nomaden. Mereka akan pindah jika sudah tidak mendapatkan lagi makanan. Maka pilihan atas tempat-tempat yang akan ditempatinya adalah tanah yang banyak menghasilkan. Wilayah aliran sungai pula yang akan menjadi targetannya. Padahal, wilayah ini adalah juga wilayah di mana para penduduk asli mengumpulkan makanannya.
Ini mengakibatkan benturan yang tidak terelakan antara kebudayaan palaeolithikum dengan kebudayaan yang mesolithikum. Alat-alat sederhana seperti kapak genggam atau choppers, alat-alat tulang dan tanduk rusa berhadapan dengan kapak genggam yang lebih halus atau febble, kapak pendek dan sebagainya. Pertemuan ini dapat mengakibatkan beberapa hal yaitu:
1. Penduduk asli ditumpas, atau
2. Mereka diharuskan masuk dan bersembunyi di pedalaman untuk menyelamatkan diri, atau
3. Mereka yang ditaklukkan dijadikan hamba, dan kaum perempuannya dijadikan harem-harem untuk melayani para pemenang perang.
Sekitar tahun 2000 SM, bangsa Melanesoide yang akhirnya menetap di Nusantara kedatangan pula bangsa yang kebudayaannya lebih tinggi yang berasal dari rumpun Melayu Austronesia yakni bangsa Melayu Tua atau Proto Melayu, suatu ras mongoloid yang berasal dari daerah Yunan, dekat lembah sungai Yang Tze, Cina Selatan. Alasan-alasan yang me-nyebabkan bangsa Melayu tua meninggalkan asalnya yaitu :
1. Adanya desakan suku-suku liar yang datangnya dari Asia Tengah;
2. Adanya peperangan antar suku;
3. Adanya bencana alam berupa banjir akibat sering meluapnya sungai She Kiang dan sungai-sungai lainnya di daerah tersebut.
Suku-suku dari Asia tengah yakni Bangsa Aria yang mendesak Bangsa Melayu Tua sudah pasti memiliki tingkat kebudayaan yang lebih tinggi lagi. Bangsa Melayu Tua yang terdesak meninggalkan Yunan dan yang tetap tinggal bercampur dengan Bangsa Aria dan Mongol. Dari artefak yang ditemukan yang berasal dari bangsa ini yaitu kapak lonjong dan kapak persegi.Kapak lonjong dan kapak persegi ini adalah bagian dari kebudayaan Neolitikum. Ini berarti orang-orang Melayu Tua, telah mengenal budaya bercocok tanam yang cukup maju dan bukan mustahil mereka sudah beternak. Dengan demikian mereka telah dapat menghasilkan makanan sendiri (food producing). Kemampuan ini membuat mereka dapat menetap secara lebih permanen.
Pola menetap ini mengharuskan mereka untuk mengembangkan berbagai jenis kebudayaan awal. Mereka juga mulai membangun satu sistem politik dan pengorganisasian untuk mengatur pemukiman mereka. Pengorganisasian ini membuat mereka sanggup belajar membuat peralatan rumah tangga dari tanah dan berbagai peralatan lain dengan lebih baik. Mereka mengenal adanya sistim kepercayaan untuk membantu menjelaskan gejala alam yang ada sehubungan dengan pertanian mereka. Sama seperti yang terjadi terdahulu, pertemuan dua peradaban yang berbeda kepentingan ini, mau tidak mau, melahirkan peperangan-peperangan untuk memperebutkan tanah. Dengan pengorganisiran yang lebih rapi dan peralatan yang lebih bermutu, kaum pendatang dapat mengalahkan penduduk asli. Kebudayaan yang mereka usung kemudian menggantikan kebudayaan penduduk asli. Sisa-sisa pengusung kebudayaan Batu Tua kemudian menyingkir ke pedalaman. Beberapa suku bangsa merupakan keturunan dari para pelarian ini, seperti suku Sakai, Kubu, dan Anak Dalam.
Arus pendatang tidak hanya datang dalam sekali saja. Pihak-pihak yang kalah dalam perebutan tanah di daerah asalnya akan mencari tanah-tanah di wilayah lain. Demikian juga yang menimpa bangsa Melayu Tua yang sudah mengenal bercocok tanam, beternak dan menetap. Kembali lagi, daerah subur dengan aliran sungai atau mata air menjadi incaran.
Wilayah yang sudah mulai ditempati oleh bangsa melanesoide harus diperjuangkan untuk dipertahankan dari bangsa Melayu Tua.Tuntutan budaya yang sudah menetap mengharuskan mereka mencari tanah baru. Dengan modal kebudayaan yang lebih tinggi, bangsa Melanesoide harus menerima kenyataan bahwa telah ada bangsa penguasa baru yang menempati wilayah mereka.
Namun kedatangan bangsa Melayu Tua ini juga memungkinkan terjadinya percampuran darah antara bangsa ini dengan bangsa Melanesia yang telah terlebih dahulu datang di Nusantara. Bangsa Melanesia yang tidak bercampur terdesak dan mengasingkan diri ke pedalaman. Sisa keturunannya sekarang dapat didapati orang-orang Sakai di Siak, Suku Kubu serta Anak Dalam di Jambi dan Sumatera Selatan, orang Semang di pedalaman Malaya, orang Aeta di pedalaman Philipina, orang-orang Papua Melanesoide di Irian dan pulau-pulau Melanesia.
Pada gelombang migrasi kedua dari Yunan di tahun 2000-300 SM, datanglah orang-orang Melayu Tua yang telah bercampur dengan bangsa Aria di daratan Yunan. Mereka disebut orang Melayu Muda atau Deutero Melayu dengan kebudayaan perunggunya. Kebudayaan ini lebih tinggi lagi dari kebudayaan Batu Muda yang telah ada karena telah mengenal logam sebagai alat perkakas hidup dan alat produksi. Kedatangan bangsa Melayu Muda mengakibatkan bangsa Melayu Tua yang tadinya hidup di sekitar aliran sungai dan pantai terdesak pula ke pedalaman karena kebudayaannya kalah maju dari bangsa Melayu Muda dan kebudayaannya tidak banyak berubah. Sisa-sisa keturunan bangsa melayu tua banyak ditemukan di daerah pedalaman seperti suku Dayak, Toraja, orang Nias, batak pedalaman, Orang Kubu dan orang Sasak. Dengan menguasai tanah, Bangsa Melayu Muda dapat berkembang dengan pesat kebudayaannya bahkan menjadi penyumbang terbesar untuk cikal-bakal bangsa Indonesia sekarang.
Dari seluruh pendatang yang pindah dalam kurun waktu ribuan tahun tersebut tidak seluruhnya menetap di Nusantara. Ada juga yang kembali bergerak ke arah Cina Selatan dan kemudian kembali ke kampung halaman dengan membawa kebudayaan setempat atau kembali ke Nusantara. Dalam kedatangan-kedatangan tersebut penduduk yang lebih tua menyerap bahasa dan adat para imigran. Jarang terjadi pemusnahan dan pengusiran bahkan tidak ada penggantian penduduk secara besar-besaran. Percampuran-percampuran inilah yang menjadi cikal bakal Nusantara yang telah menjadi titik pertemuan dari ras kuning (mongoloid) yang bermigrasi ke selatan dari Yunan, ras hitam yang dimiliki oleh bangsa Melanesoide dan Ceylon dan ras putih anak benua India.
Sehingga tidak ada penduduk atau ras asli wilayah Nusantara kecuali para manusia purba yang ditemukan fosil-fosilnya. Kalaupun memang ada penduduk asli Indonesia maka ia terdesak terus oleh pendatang-pendatang boyongan sehingga secara historis-etnologis terpaksa punah atau dipunahkan dalam arti sesungguhnya atau kehilangan ciri-ciri kebudayaannya dan terlebur di dalam masyarakat baru. Semua adalah bangsa-bangsa pendatang.
Daftar Pustaka:
D. G. E. Hall. Sejarah Asia Tenggara. Cet.I. Surabaya-Usaha Nasional. 1988 Stanley. Makalah Arus Dari Utara. 1998
T. Parakitri Simbolon. Menjadi Indonesia, buku I “Akar-akar kebangsaan Indonesia”. Cet.I. Jakarta-Kompas-Grasindo. 1995.
Dr. M. Prijohutomo & P.J. Reimer. Tentang Orang dan Kejadian Jang Besar Djilid I. Tjet.V. Djakarta-Amnsterdam: W.Versluys N.V.
Pramoedya Ananta Toer. Hoakiau di Indonesia. Jakarta-Garba Budaya.1998

sumber:http://peradaban-nusantara.kolomnyawied.com/2009/04/penghuni-indonesia-purba/

Purba

Purba

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari
Purba adalah salah satu marga atau morga dari empat marga asli dari suku Simalungun yang aslinya berasal dari daerah yang bernama Simalungun di provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

Asal-usul Etimologi

Secara Etimologi Purba berasal dari bahasa Sanskerta, purwa yang berarti timur. Arti lainnya adalah gelagat masa datang, pegatur, pemegang Undang-undang, tenungan pengetahuan, cendekiawan/sarjana.[1]

[sunting] Kerajaan Purba

Rumah Bolon Raja Purba di Pematang Purba, Simalungun.
Purba adalah marga dari Raja di kerajaan Banua Purba, salah satu kerajaan yang pernah ada di daerah Simalungun. Raja Purba memiliki keturunan: Tambak, Sigumonrong, Tua, Sidasuha (Sidadolog, Sidagambir). Kemudian ada lagi Purba Siborom Tanjung, Pakpak, Girsang, Tondang, Sihala, Raya.
Pada abad ke-18 ada beberapa marga Simamora dari Bakkara melalui Samosir untuk kemudian menetap di Haranggaol dan mengaku dirinya Purba. Purba keturunan Simamora (kemungkinan Purba Sigulang Batu) ini kemudian menjadi Purba Manorsa dan tinggal di Tangga Batu dan Purbasaribu. Sebagian orang percaya bahwa keturunan Simamora inilah yang menjadi leluhur marga Purba yang ada di daerah Simalungun. Keturunan Simamora ini menetap dan beranak cucu di daerah tersebut dan keturunannya dianggap sebagai orang Simalungun dan bukan lagi keturunan orang Toba (beda dengan Purba Sigulang Batu), yang menjadi leluhurnya. semakin lama keturunan Purba ini semakin banyak hingga jumlahnya menjadi lebih besar dari Purba Sigulang Batu yang tidak merantau ke tanah Simalungun.
Pada tahun 1996, salah satu putra dari Raja Siboro diculik dan dinyatakan menghilang berserta ketiga saudaranya.

[sunting] Raja-Raja Kerajaan Purba Pak-Pak di Pematang Purba

  1. Tuan Pangultop Ultop (1624-1648)
  2. Tuan Ranjiman (1648-1669)
  3. Tuan Nanggaraja (1670-1692)
  4. Tuan Batiran (1692-1717)
  5. Tuan Bakkaraja (1718-1738)
  6. Tuan Baringin (1738-1769)
  7. Tuan Bona Batu (1769-1780)
  8. Tuan Raja Ulan (1781-1769)
  9. Tuan Atian (1800-1825)
  10. Tuan Horma Bulan (1826-1856)
  11. Tuan Raondop (1856-1886)
  12. Tuan Rahalim (1886-1921)
  13. Tuan Karel Tanjung (1921-1931)
  14. Tuan Mogang (1933-1947)

[sunting] Submarga Purba

Purba terdiri dari banyak sub-marga, antara lain:
  1. Girsang
    1. Girsang Jabu Bolon
    2. Girsang Na Godang
    3. Girsang Parhara
    4. Girsang Rumah Parik
    5. Girsang Bona Gondang
  2. Pakpak
  3. Raya
  4. Siboro
  5. Siborom Tanjung
  6. Sidasuha
    1. Sidadolog
    2. Sidagambir
  7. Sigumonrong
  8. Sihala
  9. Silangit
  10. Tambak
  11. Tambun Saribu
  12. Tanjung
  13. Tondang
  14. Tua
Selain dari sub marga di atas, beberapa suku yang hidup di sekitar daerah Simalungun juga berbaur dengan penduduk bermarga Purba dan mengakibatkan timbulnya afiliasi marga-marga lain dengan marga Purba, antara lain: Manorsa, Simamora, Sigulang Batu, Parhorbo, Sitorus dan Pantomhobon.

[sunting] Purba Tanjung

Purba Tanjung berasal dari Sipinggan, Simpang Haranggaol, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun. Beberapa sumber menyatakan bahwa "Tanjung" pada marga ini berasal dari lokasi kampung Sipinggan yang merupakan sebuah Tanjung di Danau Toba, arah Haranggaol.
Keturunan Purba Tanjung berasal dari garis keturunan Ompung Marsahan Omas (dalam bahasa Indonesia berarti Bercawan Emas, karena kebiasaannya minum dari cawan Emas), yang adalah keturunan Purba Parhorbo. Marsahaan Omas memiliki keturunan bernama Bongguran yang memiliki kebiasaan "maranggir" (mandi air jeruk purut) di sekitar kampung Nagori, dengan menggunakan cawan emas.
Marsahan Omas memiliki 3 keturunan:
  1. Tuan Siborna
  2. Nahoda Raja
  3. Namora Soaloon
Nahoda Raja memiliki anak bernama Raja Omo yang merupakan Purba Tanjung pertama yang bermukim di Sipinggan.

sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Purba